GARUT, KOMPAS.com -
Berhiaskan gunung-gunung yang menghampar di setiap sudutnya menjadikan
kota Garut memikat hati para pelancong untuk singgah. Kontur pegunungan
yang eksotis dengan balutan tanah yang subur membuat Garut menjadi
primadona wisata sejak zaman Belanda.
Tercatat dalam tahun 1910,
Officieel Touristen Bureau, Weltevreden menyebut Garut sebagai Paradijs
van het Oosten (surga dari timur). Di era tersebut berbagai fasilitas
penunjang untuk memudahkan akses kunjungan dibangun seperti jalur kereta
api yang menghubungkan Stasiun Cibatu dan Stasiun Cikajang. Keindahan
alam dan keramahan penduduk lokal menjadikan Garut mendapatkan julukan
Swiss van Java oleh Charlie Caplin dalam dua lawatannya pada tahun 1927
dan 1933. Bahkan Ratu Belanda, Wilhelmina-pun pernah mempunyai tempat
peristirahat di kota ini.
Lanskap Pegunungan
Jajaran
pegunungan yang mengepung kota Garut seperti Gunung Guntur, Cikuray dan
Papandayan menjadikan bentang alam yang menawarkan adrenalin bagi
pelacong untuk menjamahnya. Mendaki menjadi pilihan utama bagi para
pelancong yang tidak ingin kehilangan setiap momen yang lewat.
Menginjakkan kaki ke kaldera terluas di kawasan Asia Tenggara, Gunung
Papandayan bisa menjadi pilihan liburan yang menantang bagi mereka yang
rindu akan kebebasan dari rutinitas kantor maupun aktivitas pekerjaan.
Semerbak bau belerang lngkap lanskap alamnya, Papandayan sungguh sayang
kalau dilewatkan begitu saja dalam daftar liburan.
Gunung yang
terletak 29 km dari Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan
Cisurupan. Papandayan memiliki ketinggian 2.622 meter di atas permukaan
laut. Gunung yang masih aktif ini terakhir meletus pada November tahun
2002. Kawasan wisata gunung Papandayan sangat cocok untuk para pendaki
pemula, Selain tidak banyak membutuhkan persiapan yang lengkap seperti
para pendaki profesional (pecinta alam). Kontur tanah Papandayan yang
landai telah membentuk jalur pendakian yang aman sehingga memudahkan
siapa pun untuk mendaki hingga mencapai bibir kawah. Namun ada beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum memulai pendakian.
Persiapan Pendakian
Pakailah
sepatu yang mempunyai cengkraman yang kuat, jangan memakai sandal
sekali pun sandal tersebut sandal gunung. Bawalah masker atau handuk
untuk menutup hidung saat bau belerang terasa menyengat hidung bisa
sekali-kali membasahi handuk dengan air mineral yang dibawa agar
berfungsi sebagai filter oksigen. Perhatikan arah angin yang berhembus,
sebisa mungkin berjalan searah dengan angin. Mantel ataupun payung juga
jangan sampai ketinggalan. Cuaca yang tidak menentu bisa menyelamatkan
tubuh anda dari basah kuyup maupun peralatan memotret dari kerusakan.
Dan yang penting bagi para pelancong, mintalah izin kepada warga
setempat yang tinggal di bawah. Galilah informasi awal untuk mengenal
medan pendakian, karena bagaimanapun mereka lah yang mengenal situasi
terkini dari Gunung Papandayan.
Dari pemukiman penduduk inilah,
pendakian dimulai. Tak seberapa jauh para pelancong sudah disambut pohon
suwagi, vegetasi pegunungan yang lumrah ditemui di ketinggian tertentu.
Sungai yang mengalir di sebelah kiri jalur pendakian dan tebing tinggi
sebelah kanan mendominasi pandangan mata para pelancong saat mendaki.
Dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mencapai bibir kawah. Dua jam
pendakian ini sebetulnya sudah termasuk dengan kegiatan snapshot
sana-sini dengan kamera yang anda bawa. Karena bagi pendaki profesional
waktu tersebut cukup lama, mereka hanya membutuhkan waktu 45 - 60 menit
untuk mencapai bibir kawah.
Memandang Lautan Kaldera
Suhu
kawah yang masih relatif tinggi di Gunung Papadayan justru menimbulkan
ketertarikan tersendiri bagi para pelancong untuk mengamati secara dekat
kawah tersebut. Papandayan memiliki sekitar 14 kawah, setiap kawah
mengeluarkan asap yang berbeda-beda, ada yang putih dan ada yang
berwarna kekuningan. Pascaletusan kawah yang besar (Nagrak) tertimbun
longsoran dan membentuk danau yang dari kejauhan berwarna kebiru-biruan.
Saat ini terdapat empat kawah baru yang sama-sama mengeluarkan asap
sulfur berwarna putih kekuningan. Keempat kawah tersebut masih cukup
muda, sehingga sangat berbahaya apabila pelancong tidak berhati-hati.
Jauhilah kontur permukaan tanah yang berwarna kekuningan, karena tanah
tersebut masih belum kuat.
Setelah puas menikmati asap uap fumarol
belerang yang melambung hingga ratusan meter dari dekat. Para pelancong
bisa melanjutkan pendakian kembali hingga mencapai Gunung Salju istilah
penduduk lokal menamai lokasi tersebut. Dinamakan Gunung Salju karena
seluas mata memandang hanya kombinasi antara hamparan endapan debu
vulkanik pasca letusan 2002 yang bercampur dengan vegetasi suwagi yang
mati mengering. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi
ini.
Jalur pendakian yang cukup curam sedikit memacu andrenalin
para pelancong saat menapakkan kaki. Lokasi ini sebagai pilihan yang
tepat untuk menikmati lautan kaldera Papandayan seutuhnya. Asap belerang
yang membumbung serta lembayung senja dengan latar belakang Gunung
Cikuray seolah menikmati sebuah lukisan yang digoreskanNya. Sayang kalau
dilewatkan begitu saja, raih kamera anda dan snapshot lah.
Untuk menikmati senja di lokasi ini, para pelancong bisa memulai
pendakian dari pemukiman warga sekitar pukul 14.00. Dengan estimasi
waktu yang tepat serta dukungan cuaca yang baik para pelancong bisa
menemukan surganya Garut.
Rute
Bagi
pelancong yang memulai perjalanan dari kota Jakarta bisa memilih jalur
darat dengan menggunakan bus dengan trayek Jakarta-Garut. Anda bisa naik
dari terminal Kampung Rambutan dengan tujuan terminal Guntur, Garut.
Ongkos untuk kelas ekonomi sekitar Rp 33.000 sedangkan yang ber-AC Rp
35.000. Sesampainya di terminal Guntur anda bisa melanjutkan perjalanan
dengan angkutan mini bus dengan jurusan Cikajang. Anda cukup membayar Rp
5.000 untuk turun di Cisurupan, kemudian perjalanan bisa dilanjutkan
dengan menggunakan ojek dengan membayar Rp 20.000 untuk sampai ke
pemukiman warga yang digunakan untuk start poin pertama pendakian. Atau
kalau berombongan anda bisa menyewa mobil dari Terminal Guntur hingga ke
pemukiman warga, sebagai patokan harga anda bisa menawar hingga Rp
250.000 untuk sepuluh orang.
Nah tidak ada salahnya bagi para
pelancong untuk menyisipkan kegiatan liburan kali ini dengan mencoba
menerobos keindahan Garut, mendaki kawah terluas di Asia Tenggara dan
menemukan surga di atas bumi Parahyangan. (Dhoni Setiawan)
0 komentar:
Posting Komentar