Citra Kabupaten Garut sebagai
sentra Produksi Jeruk di Jawa Barat khususnya dan nasional pada umumnya,
diperkuat melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 tentang Jeruk Garut yang telah
ditetapkan sebagai Jeruk Varietas Unggul Nasional dengan nama Jeruk
Keprok Garut I. Penetapan tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa Jeruk
Garut merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan nasional yang
perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas maupun kuantitas
produksinya.
Sudah sejak lama, jeruk Garut telah
popular dan menjadi trademark Kabupaten Garut. Oleh karena itu, sesuai
dengan Perda No. 9 Tahun 1981, jeruk garut telah dijadikan sebagai
komponen penyusun lambang daerah Kabupaten Garut. Selain sebagai buah
ciri khas Kabupaten Garut, jeruk merupakan komoditas sub-sektor
pertanian tanaman pangan yang mempunyai prospek cukup cerah dengan nilai
ekonomis yang cukup tinggi.
Sebagai komoditas unggulan khas
daerah, Jeruk Garut mempunyai peluang tinggi untuk terus dikembangkan
karena keunggulan komparatif dan kompetitifnya serta adanya peluang yang
masih terbuka luas. Dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, Jeruk Garut akan mampu
bersaing dengan produk sejenis baik pada tingkat l nasional seperti
halnya Jeruk Medan, Jeruk Pontianak serta jeruk impor seperti Jeruk
Mandarin dan Jeruk New Zealand.
Sebagai daerah sentra produksi
jeruk, Pemerintah Kabupaten Garut yang didukung oleh pihak-pihak terkait
terus berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya.
Saat ini belum ada sumber yang melaporkan kapasitas jeruk garut secara
spesifik. Menurut petani jeruk yang dihubungi pihak garutkab.go.id, pada
masa jayanya, daerah penghasil Jeruk Garut terbaik adalah daerah
Cigadog, Wanaraja yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja.
Sumber tersebut mengakui kejayaan Jeruk Garut musnah ketika daerahnya
diselimuti abu hasil letusan Gunung Galunggung yang ketebalannya
mencapai 1 meter lebih.
Perlu diakui bahwa kejayaan
Jeruk Garut dulu tidak bisa dirasakan seutuhnya kini. Sebagai gambaran
kejayaannya, pada akhir tahun 1987 populasi jeruk masih tercatat 1,3
juta pohon yang tersebar di lahan seluas kurang lebih 2.600 hektar
dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton/tahun.
Namun, dalam kurun waktu 5 tahun kemudian, populasinya menurun drastis.
Pada akhir tahun 1992 tinggal sekira 52.000 pohon. Sehingga tidaklah
mengherankan kalau saat ini, kita tidak melihat deretan penjual jeruk
Garut di sepanjang jalan Bandung - Garut, atau kita tidak akan menemukan
pedagang asongan di dalam bis yang menjajakan jeruk Garut asli.
Menurunnya populasi jeruk Garut
secara extrim lebih diutamakan karena serangan penyakit citrus vein
phloem degeneration (CVPD) yang bersumber dari sebuah bakteri (bukan
virus) bernama lybers bacteri aniaticum. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti Jepang, Prancis, dan LIPI diketahui bahwa
bakteri yang menggerogoti tanaman jeruk tidak menular lewat tanah
ataupun biji yang diambil dari tanaman jeruk yang terserang penyakit,
tetapi ditularkan melalui serangga sejenis kutu loncat jeruk (diaphorina
citry). Kutu loncat jeruk menularkan penyakit dengan cara mengisap
cairan daun berpenyakit, kemudian mengisap daun jeruk yang sehat.
Sekarang tinggal bagaimana memberantas serangga penular secara efektif
agar penyakit ini tidak menyebar luas.
Terungkapnya sumber penyakit
ini, membuat Pemkab Garut melangkah pasti dalam melakukan upaya
rehabilitasi jeruk Garut yang salahsatunya melakukan upaya pengembangan
produksi di lokasi nonendemis.. Upaya dari Pemkab Garut dan para petani
itu perlahan tetapi pasti sudah mulai menampakkan hasil. Kini, telah
ditanam kembali lebih dari 1.000.000 pohon jeruk atau sekira 40% dari
target di atas lahan seluas 1.000 ha yang tersebar di Kecamatan
Samarang, Pasirwangi, Bayongbong, Cisurupan, Cilawu, Karangpawitan,
Pameungpeuk, Cikelet, Cisompet, dan Cibalong. Semoga upaya ini akan
mengembalikan kembali produktivitas Jeruk Garut sebagai salah satu
identitas Kabupaten Garut.
sumber : garutkab
0 komentar:
Posting Komentar