Salah
satu komoditas andalan dari pengrajin kulit di Kabupaten Garut adalah
produksi pakaian jadi dari kulit dan jaket kulit sapi (agak keras) dan
domba (lentur), yang di kalangan tertentu khususnya di lingkungan bisnis
fashion terkenal dengan sebutan “Jaket Kulit Garut”.
Faktor pendukung terwujudnya
sentra industri jaket kulit ini diantaranya adalah ketersediaan bahan
baku. Sumber bahan baku di Kabupaten Garut cukup melimpah dengan lokasi
yang strategis, berdekatan bahkan menyatu dalam lingkungan sentra
industri kecil penyamakan kulit.
Selain itu letak geografis
Kabupaten Garut yang dekat dengan kota Bandung sebagai pusat perdagangan
pakaian jadi dan Jakarta sebagai pusat perdagangan nasional,
memungkinkan pelaku bisnis untuk terus serius meningkatkan produksi
jaket kulit karena mudah dipasarkan.
Saat ini di sektor industri
pakaian jadi dari kulit di Kabupaten Garut tergabung 417 unit usaha
formal dan non formal, dengan menyerap kurang lebih 3.000 tenaga kerja.
Dalam proses pendataan Dinas Perindustrian Perdagangan dan KUKM
Kabupaten Garut pernah tercatat jumlah produksi per tahun Jaket Kulit
Mulus adalah sekitar 50.000 potong dan Jaket Kulit Sambung sekitar
200.000 potong. Adanya permintaan terhadap jaket kulit yang terus
meningkat dari daerah di luar Kabupaten Garut (pasaran lokal maupun
nasional) seperti dari Bandung, Jakarta atau beberapa kota di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali maupun Sumatera telah mendorong pengrajin jaket
kulit di Kabupaten Garut tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan
pengrajin kulit di daerah-daerah lainnya.
Selain memenuhi permintaan
konsumen lokal dan nasional, Jaket Kulit Garut juga sudah merambah ke
pasar internasional, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Jepang, dll.
Data terakhir, jaket kulit Garut diekspor ke Singapura, Malaysia, Taiwan
dan Australia dengan volume mencapai 9.488 potong senilai $448.464.
Ini menunjukan peningkatan ekpor yang cukup membaik dimana volume ekspor
sebelumnya mencapai 5.100 potong senilai US$258.651,0
Hambatan yang dihadapi adalah
teknologi pengolahan untuk percepatan proses produksi dan lemahnya
pengendalian kualitas terhadap komoditas barang yang dihasilkan sehingga
dapat mempengaruhi kinerja citra komoditas yang sudah terbentuk. Jika
hambatan ini tidak diatasi, maka pengrajin kulit Garut akan kalah
bersaing dengan pengrajin kulit dari daerah lain yang ironisnya justru
mengolah kulit tersamak dari Garut.
Sumber : Pemerintah Kab Garut
0 komentar:
Posting Komentar