Bentang alam Kabupaten
Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen
bentang alam, yaitu :
(1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara,
(2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang
mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung,
seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang
di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di
sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas
- G. Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah
Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai
dengan garis pantai sepanjang 80 Km.
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya
Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2 (dua)
pendekatan hipotesis, yaitu:
(1) Bemmelen
(1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang
alam, khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas
volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2
juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi
pergerakan tektonik yang memicu pembentukan
pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi
regional yang digerakan oleh beberapa patahan,
seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan
Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut
diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat
isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar
dan pembebanan batuan sedimen volkaniklasik
diatasnya.
(2) Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton,
1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung
tidak terlepas dari proses pembentukan busur
magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktifitas
penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang
menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia.
Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km
tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang
bersuhu lebih dari 3000°, sehingga mengalami
pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak
samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar
bersifat asam, maka pada saat pencairan akan
terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma
ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis.
Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan
tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya
bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses
perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar
gunung.
Bentang alam daerah
Kabupaten Garut dapat dibagi 4(empat) satuan morfologi yaitu : satuan
morfologi kerucut gunung api, satuan morfologi
perbukitan berelief kasar, satuan morfologi perbukitan berelief
halus dan satuan morfologi pedataran .
A. Satuan Morfologi Kerucut Gunung api
Satuan ini menempati bagian puncak dari Gunung
api Kracak, Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan. Daerah ini mempunyai
ketinggian diatas 2.000 meter dari > 40 %, berlembah
sempit. Pola aliran sungai memancar (radier) bersumber dari
puncak gunung, dengan ordo sungai 1, kerapatan sungai tinggi hingga
sangat tinggi. Batuan penyusun satuan ini adalah lahar, lava andesit dan
breksi vulkanik.
B. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 500 hingga
1.865. Karakteristik yang
umum dijumpai pada satuan ini relief sangat kasar, berlembah
sempit dan lereng terjal hingga curam. Kemiringan lereng berkisar
antara 15 % hingga > 40 %. Pola aliran sungai
berbentuk sub-dendritik dan sebagian sub-paralel. Batuan penyusun
satuan ini adalah endapan vulkanik tua yang terdiri dari breksi
vulkanik, lava andesit, tufa gelas, bongkah
bongkah andesit - basal.
C. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Halus
Sebagian satuan ini menempati bagian utara,
tengah dan selatan daerah pemetaan. Dicirikan dengan kemiringan
lereng berkisar antara 2 hingga 15 %, lembah -
lembah agak landai dan sungai-sungai mempunyai gradien rendah
hingga sedang. Pola aliran sungai mempunyai bentuk dendritik
hingga sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini berupa endapan volkanik
muda dan endapan Tersier.
D. Satuan Morfologi Pedataran
Satuan ini menempati dataran Bandung,
dataran Pangalengan dan dataran Garut. Bentangalamnya menunjukkan
relief datar dan setempat landai dengan kemiringan lereng < 2
%, setempat lebih dari 15 %. Morfologinya menunjukan kontur
sangat jarang hingga jarang, ketinggian dataran Pangalengan
berkisar antara1.300 hingga 1400 meter, dataran Bandung berkisar
antara 800 hingga 900 meter dan dataran Garut berkisar antara 700
hingga 800 meter diatas muka laut. Aliran sungai umumnya
dendritik dan sebagian anastomatik. Batuan penyusun satuan ini
berasal dari hasil rombakan batuan yang lebih tua dan diendapkan
sebagai endapan alluvial dan kipas alluvial.
|
0 komentar:
Posting Komentar